Mitosnya Air Abadi di Tuk Bening Kaligua Brebes
Warga juga meyakini bahwa itu merupakan mata air abadi karena memang tak pernah berhenti mengalir atau surut airnya. Melihat air itu, maka pada tahun 1889 Van De Jong kemudian mendirikan perkebunan teh dengan menggunakan air tuk bening untuk pengolahan teh hitam sekaligus kebutuhan lainnya termasuk penyiraman tanaman teh.
Tak hanya itu saja, air tuk bening juga sudah dimanfaatkan secara maksimal yaitu dengan dikemas menjadi air mineral yang dinamakan air mineral Kaligua, dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH).
Disampaikan Sertu Sugeng Widodo, Babinsa Pandansari Koramil 11 Paguyangan Kodim 0713 Brebes, bahwa air mineral Kaligua layak dikonsumsi seperti air mineral pada umumnya karena sudah mendapatkan ijin dari BPOM.
“Air dari Tuk Bening masih asli atau tidak tercemar sama sekali sehingga bisa diminum langsung karena kadar airnya sudah uji lab,” ujarnya, Kamis (20/1/2022).
Kemudian untuk listrik yang dihasilkan dari PLTMH itu kita gunakan untuk penerangan di kawasan wisata Goa Jepang dan sekitar Tuk Bening itu sendiri.
Sementara itu menurut Mulyadi Darmadi (63) atau Koh Ching Ching, wisatawan asal Citeureup, Bogor, Jawa Barat, yang berkunjung bersama Ocdy Susanto dan Serma Aan Setyawan (anggota penerangan Kodim Brebes), bahwa memang air Tuk Bening sangat sejuk ditambah keberadaannya di ketinggian kurang lebih 2000 mdpl sehingga suhu rata-rata harian 22 derajat celcius.
“Saya menyempatkan diri mandi di pancuran tujuh Tuk Bening, sekalian saya bawa pulang sedikit air abadi itu di botol bekas air mineral, untuk diminum bersama keluarga di rumah,” imbuhnya.
Mulyadi juga menilai bahwa kesegaran air Tuk Bening dikarenakan kandungan mineralnya yang banyak.
“Saya sangat terkesan dengan rangkaian wisata di Pandansari. Sebelum masuk Perkebunan Teh Kaligua untuk melihat Tuk Bening dan Goa Jepang, ada Telaga Tanjeng dengan ikan mas yang begitu banyak. Ini wisata komplit,” ujarnya.
Ia juga berencana bahwa suatu saat akan datang kembali ke Kaligua bersama keluarganya. Karena perjalanan panjang yang melelahkan menuju kesana, terbayar kontan dengan kesejukan dan keindahan Kaligua.
Mitos Tuk Bening.
Diceritakan Nakim (60) selaku juru kunci Tuk Bening dan Makam Van De Jong, bahwa sosok gaib penunggu Tuk Bening yang menonjol ada lima yang meliputi Mbah Tunggul Wulung, Mbah Rantamsari (sosok seperti patung yang ada di atas panduran), Mbah Sri Wulandari, Mbah Rantas Wadung, dan Mbah Umbrah-umbruh.
“Kelima penunggu yang wujud aslinya berupa kakek dan nenek ini sangat senang jika pancuran Tuk Bening digunakan untuk berwudhu dan bahkan sholat di mushola kecil yang dibangun di sisi kiri pancuran, terlebih mereka juga ikut didoakan,” beber juru kunci kedua Tuk Bening itu dan sekaligus juru bersih lingkungan Tuk Bening.
Menurutnya, mitos lainnya adalah bila minum dan cuci muka di pancuran ke-5 Tuk Bening (dihitung dari kanan), maka akan jadi awet muda dan membantu menyembuhkan penyakit kulit.
“Kebanyakan yang datang kemari minta didoakan kepada Tuhan lewat perantara penunggu Tuk Bening agar usahanya lancar, mudah jodoh, pangkat dan jabatan, dan disembuhkan dari berbagai penyakit. Untuk yang jelek-jelek saya tolak,” tegasnya di warung makan miliknya yang berada di samping pintu masuk Tuk Bening itu.
Tak lupa Mbah Nakim sapaan akrabnya, berpesan agar para pengunjung Tuk Bening dan Goa Jepang berhati bersih dan menjaga kebersihan maupun ucapan sehingga dijauhkan dari kerasukan dan hal-hal yang tidak diinginkan lainnya. (Aan)
Tampak foto : Mulyadi Darmadi, wisatawan asal Citeureup, Bogor, Jawa Barat, bersama Mbah Nakim, juru kunci Tuk Bening.
Komentar
Posting Komentar